Halaman

Rabu, 04 Februari 2009

LINUX

Dalam hal ini kernel, yaitu inti sistem operasi yang dibuat oleh seorang mahasiswaUniversitas Helsinki, Finlandia, yaitu Linus Torvalds. Bersama programmer dan hacker dari seluruh dunia, Linus Torvalds membungkus kernel Linux menjadi menjadi sebuah sistem operasi yang lengkap. Dari sini, muncul varian-varian Linux yang banyak disebut distribusi atau disingkat distro. Redhat, Slackware, Debian merupakan distro-distro awal keluar.Diatas Linux sebagai sistem operasi, barulah berdiri aplikasi-aplikasi seperti office suite, aplikasi multimedia, aplikasi grafis, aplikasi pemrograman, dan lain-lain. Oke, saya berikan gambaran aplikasi-aplikasi apa saja yang ada di Linux dan tentu saja yang free dan GPL-ed lisensi :
- Aplikasi Office Suite, Open Office, KOffice, GNOME Office, dll- Aplikasi Multimedia, XMMS, Xine, Amarok, dll- Aplikasi Grafis, GIMP, Image Magick, XPDF, dll- Aplikasi Pemrograman, KDevelop, QtDesigner, Anjuta, dll- Aplikasi Engineering, QCAD, Sci-lab, dll
Hampir sebagian besar aplikasi Linux masih bersifat free dan digunakan secara gratis. Tentu saja hal ini sangat baik digunakan untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia ini. Alangkah baiknya apabila mulai dari instansi pemerintah, BUMN, BUMD, swasta, kalangan akademis, dll di Indonesia menggunakan aplikasi-aplikasi open source yang berlisensi GPL. Terbayang-lah berapa devisa yang kita hemat dari situ ? Jika 1 departemen pemerintah dari pusat sampai ke daerah menggunakan Linux dan aplikasi open source.
Pada tahun 1969, Ken Thompson dan Dennis Ritchie (juga adalah developer bahasa C), para peneliti di AT&T Bell Laboratorium Amerika, membuat sistem operasi UNIX, cikal bakal dari Linux. UNIX mendapatkan perhatian besar karena merupakan sistem operasi pertama yang dibuat bukan oleh hardware maker. Selain itu juga karena seluruh source code-nya dibuat dengan bahasa C, sehingga mempermudah pemindahannya ke berbagai platform.
Dalam waktu singkat UNIX berkembang secara pesat dan terpecah dalam dua aliran: UNIX yang dikembangkan oleh Universitas Berkeley dan yang dikembangkan oleh AT&T. Setelah itu mulai banyak perusahaan yang melibatkan diri, dan terjadilah persaingan yang melibatkan banyak perusahaan untuk memegang kontrol dalam bidang sistem operasi. Persaingan ini menyebabkan perlu adanya standarisasi. Dari sini lahirlah proyek POSIX yang dimotori oleh IEEE (The Institute of Electrical and Electronics Engineers) yang bertujuan untuk menetapkan spesifikasi standar UNIX. Akan tetapi, standarisasi ini tidak meredakan persaingan. Sejak saat itu, muncul berbagai macam jenis UNIX.
Salah satu diantaranya adalah MINIX yang dibuat oleh A. S. Tanenbaum untuk tujuan pendidikan. Source code MINIX inilah yang oleh Linus Torvalds, seorang mahasiswa Universitas Helsinki pada waktu itu, kemudian dijadikan sebagai referensi untuk membuat sistem operasi baru yang gratis dan yang source codenya bisa diakses oleh umum. Sistem operasi ini kemudian diberi nama Linux. Dalam membangun Linux, Linus menggunakan tool-tool dari Free Foundation Software yang berlisensi GNU. Kemudian untuk menjadikan Linux sebuah sistem operasi yang utuh, dia memasukkan program-program yang juga berlisensi GNU.
Awalnya Linus membuat Linux sendiri sebagai hobi, karena ia ingin menjalankan sistem operasi semacam UNIX dalam komputer 386-nya. Dari hasil kerjanya lahirlah Linux versi 0.01, yang sebenarnya masih belum bisa disebut sebuah sistem operasi. Setelah mengalami perbaikan, jadilah Linux versi 0.02, yang notabene adalah Linux resmi versi pertama yang diumumkan pada publik. Linus mengumumkan source code Linux pada tanggal 5 Oktober 1991. Saat itu Linux sudah dapat menjalankan shell bash, gcc compiler, GNU make, GNU sed, compress dll. Proyek Linux ini mendapatkan perhatian dari para programer di seluruh dunia yang kemudian turut berpartisipasi membangun Linux. Perkembangan Linux berlangsung dengan sangat pesat hingga saat ini.
Saat ini hanya pembangunan kernel Linux saja yang masih dikontrol oleh Linus sendiri. Sedangkan bagian lain dari sistem operasi Linux telah dikembangkan oleh banyak pihak. Oleh karenanya sekarang kita dapat melihat berbagai macam distro (distribusi, jenis) Linux yang jumlahnya ratusan jenis. Salah satu distro yang terkenal adalah RedHat. Selain itu ada juga distribusi Slackware dan Debian yang memiliki ciri khasnya masing-masing. Linux juga diadaptasi ke banyak bahasa seperti misalnya Linux Trustix Merdeka di Indonesia, Vine Linux di Jepang, RedFlag Linux di Cina, dll. Perkembangan yang pesat ini tidak terlepas dari jasa proyek GNU yang menyediakan program-program bermutu yang gratis dan esensial dalam Linux, seperti shell program, compiler, XFree, GNOME desktop, dll.
Boleh dikatakan Linux ada saat ini berkat budaya open source dan fenomena Linux ini pula salah satu bukti kehebatan dari budaya open source.
Sistem Operasi Linux Berbahasa Indonesia
Teknologi Informasi (TI) berbahasa Indonesia sempat di sentil oleh Gus Dur. Pernyataan Gus Dur sudah basi bagi kami yang memakai sistem operasi Linux. Tanpa di minta beberapa aktifis Linux berjibaku mengembangkan TI berbahasa Indonesia. Mereka terutama di motori I Made Wiryana dan kakaknya Wayan dari Trustix
http://www.trustix.co.id. Trustix Merdeka (http://merdeka.trustix.co.id) adalah Linux karya Trustix untuk bangsa Indonesia & berbahasa Indonesia pula. CD Trustix Merdeka dibahas & disebarkan gratis di majalah InfoLinux (http://www.infolinux.co.id) edisi Februari 2001.

Selain Made & Wayan, banyak aktifis Linux Indonesia yang berkiprah untuk negeri ini, misalnya aktifis yang tergabung di Linux Documentation Project LDP menterjemahkan berbagai naskah & dokumentasi seperti HOWTO kedalam bahasa Indonesia. Aktifitas Kelompok Pengguna Linux Indonesia (KPLI) bisa dibaca di
http://www.linux.or.id. Team Pandu http://pandu.dhs.org dengan gigih mensosialisasikan Linux berbentuk naskah, tulisan & buku berbahasa Indonesia & di sebarkan cuma-cuma. Linux menarik bagi WARNET, karena memungkinkan penggunaan komputer tua 286, 386 & 486 sebagai terminal murah tanpa disket & harddisk untuk akses Internet seperti dilakukan Umar@pointer.web.id di Warnet Pointer di Medan. Linux memungkinkan server, peralatan komunikasi tanpa kabel dibuat sendiri di Indonesia seperti dilakukan oleh teman-teman WARNET di Makasar, Medan, Bandung, Malang, Yogya dll.

Linux fenomena luar biasa, seperti desa mengepung kota – kaum lemah, bersatu saling tolong mengembangkan perangkat lunak Linux, semua program (source code) dibuka & di sebarkan secara gratis melepaskan hak ciptanya untuk kepentingan publik sehingga semua orang bisa belajar karena tidak di tutupi, sebuah pengorbanan yang luar biasa. Linux legal digunakan secara gratis, tidak membajak software - predikat memalukan yang melekat di bangsa Indonesia sebagai 10 negara pembajak software terbesar di dunia – tidak perlu di sandang oleh bangsa ini jika Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di tegakan secara benar oleh aparat, sweeping & bersihkan pembajak software Microsoft. Bagi yang tak mampu membeli Microsoft, Linux yang gratis tidak membajak menjadi alternatif pilihan yang legal, di sertai program terbuka dan berbahasa Indonesia pula.
Menggunakan Linux
Awalnya, sistem operasi Linux kebanyakan dipakai oleh penyelenggara jasa Internet (Internet Service Provider/ISP ) karena Linux dirancang untuk bekerja di sistem tersebut, seperti web server, mail server, proxy server, dan semua kebutuhan yang berhubungan dengan Internet.
Sejak dilahirkannya, Linux mempunyai sistem yang tangguh, tahan banting dan bisa bekerja tanpa perlu dilihat dan dipelihara dengan saksama. Artinya, sistem kerja Linux sangat tergantung dari kualitas perangkat kerasnya.
Akhir-akhir ini, selain ISP, Linux juga dipakai oleh perusahaan-perusahaan yang punya anggaran terbatas untuk pembelian piranti lunaknya. Karena, dengan menggunakan Linux, kita tidak perlu mengeluarkan biaya mahal untuk membeli lisensi pemakaian karena memang konsepnya adalah open source. Pengertian open source itu sendiri, yaitu sistem yang terbuka dan bisa kita lihat atau ubah, harus sedikit diberi tekanan penjelasan. Sebab yang dimaksud dengan terbuka itu bukan seenaknya dijalankan, tetapi ada batasan-batasan yang harus ditaati, terutama berhubungan dengan hak cipta.
Untuk menggunakan Linux, biaya yang dibutuhkan sangat minim sekali dan terbebas dari membayar lisensi pemakaian. Namun sayangnya, belum banyak perusahaan atau perorangan yang mengembangkan aplikasi seperti akunting di Linux sehingga untuk program akunting, kita harus melirik sistem operasi Windows dengan pilihan yang sangat beragam.
Sisi negatif lain menggunakan Linux yaitu butuh tenaga ahli di bidang komputer dan jaringan komputer, karena kalau merekrut tenaga biasa-biasa saja, maka yang bersangkutan akan stres menghadapi kesulitan yang terjadi. Sistem operasi Linux itu menyerahkan seluruh pengaturannya kepada kita sehingga operator atau pemakainya diharuskan mengambil keputusan apa yang ingin dilakukannya. Tenaga ahli Linux sekarang ini sudah mulai banyak, walaupun kualifikasinya terkadang terlalu tinggi. Mereka yang biasanya bekerja di Linux orangnya nyentrik, susah diberi tahu, dan terkadang sedikit arogan. Selain kesulitan mencari orang, sistem operasi Linux juga terlalu banyak variannya. Varian ini biasa disebut dengan distro, yaitu kemasan yang dibuat oleh satu perusahaan dalam mengemas Linux dasar yang dikembangkan oleh Linux, ada RedHat, Mandrake, Caldera, Trustix, dan lainnya yang mungkin kita tidak pernah dengar.
Sekali yang bersangkutan menekuni salah satu distro, biasanya mereka tidak akan beranjak dari distro tersebut. Karena, walaupun sistemnya hampir sama, tetapi penempatan file, cara pengolahan file dan sistem secara umumnya berbeda.
Masalah Kebiasaan
Linux berbeda dari sistem operasi kompetitor yang sudah biasa digunakan di banyak komputer di Indonesia . Secara psikologis, orang tidak mudah meninggalkan kebiasaan itu dan mempelajari lebiasaan baru. Kemudahan dan keunggulan fitur baru tidak selalu menarik masyarakat untuk menggunakannya. Telkom merasa perlu mengiklankan fitur baru secara gencar dengan slogan "ini hanya masalah kebiasaan." Mungkin, Linux bisa belajar dari pengalaman bagaimana Chi Writer mencuri pasar WordStar.
Zaman keemasan WordStar (WS) pernah terusik oleh kehadiran Chi Writer, word processor yang juga bekerja pada terminal non grafis. Dari sisi kemampuan olah dokumen, Chi tidak lebih canggih dari WS. Namun, Chi menyediakan font grafis dan sedikit fasilitas editing diagram khusus dengan font grafis tersebut, sehingga berbagai diagram kompleks bisa digambar dengan simbol-simbol dari Chi. Fasilitas menggambar diagram dari Chi mampu menarik perhatian pengguna WS, yang waktu itu belum dilengkapi fasilitas edit diagram. Lama kelamaan banyak orang (yang memerlukan fasilitas editing diagram) beralih dari WS ke Chi.
Bagaimana dengan Linux? Fitur unggulan apa yang bisa digunakan sebagai pemicu masyarakat untuk menggunakannya? Dengan sifat dasar multi user , Linux dirancang sebagai sistem operasi jaringan komputer. Bagi pengelola jaringan komputer, keunggulan Linux dalam penanganan berbagai aplikasi jaringan (utamanya yang berbasis Internet/Intranet) sudah dikenal baik. Umumnya mereka sudah menggunakan Linux. Bagaimana dengan masyarakat awam? Satu-satunya keunggulan yang terlihat adalah, Linux merupakan sistem yang bisa diperoleh secara gratis. Padahal, peranti lunak yang biasa digunakan pun diperoleh secara gratis (alias membajak), mengapa harus ganti kebiasaan?
Paket Raksasa
Selain masalah kebiasaan, Linux yang kita lihat dalam distro (istilah untuk koleksi sistem perangkat lunak yang didistribusikan) RedHat, SuSE, Mandrake, dan lainnya, pada dasarnya, adalah kumpulan banyak sistem peranti lunak dalam satu sistem instalasi. Coba Anda bayangkan melakukan instalasi: Windows, Office, Corel Draw, PhotoShop, Visio, SPSS, Delphi , Interbase, AutoCad dan Mapinfo (semua merek terdaftar) sekaligus dari satu buah paket sistem! Itu lah yang Anda lakukan ketika menjalankan proses instalasi sistem Linux.
Besarnya koleksi sistem perangkat lunak dalam distro linux mengahadapkan pengguna Linux pada amat banyak pilihan. Salah satunya, yang nampak langsung bagi pengguna adalah window manager . Diawali oleh sistem MacIntosh dari Apple Inc., sistem antar muka grafis hasil riset Xerox PARC langsung berkembang pesat di banyak sistem komputer: MacIntosh, Microsoft Windows, X Window System dengan gaya Open Look, Next Step dan sebagainya. Masing-masing sistem antar muka grafis membawa kenampakan dan gaya look and feel yang khas dikembangkan oleh masing-masing perusahaan. Linux menyajikan semua untuk dipilih.
Banyaknya pilihan dikarenakan banyaknya hacker (istilah untuk pecandu pengembangan sistem) Linux; selera terhadap tampilan dan gaya GUI sangat bervariasi. Akibatnya, kini pengguna Linux awam ( non hacker ) harus berhadapan dengan banyak pilihan GUI. Gnome dan KDE adalah dua yang sedang ngetrend , saat ini. Di masa lalu, FVWM dan Enlightment banyak digemari. Tidak mustahil, dalam waktu dekat, muncul sistem lain dengan gaya yang lebih menarik sebagai tambahan alternatif.
Keamanan
Sebagai sistem operasi bercorak Unix, Linux dibangun dengan konsep penggunaan multitasking /proses, multi user , dengan opsi single atau multiprosesor. Multitasking memberi fasilitas menjalankan banyak program berbarengan, multiuser memberi fasilitas banyak orang menggunakan komputer yang sama berbarengan. Dalam lingkungan yang serba multi, ada banyak hal harus dikelola dengan sangat hati-hati, agar tidak terjadi perebutan penggunaan peralatan oleh banyak pihak yang membutuhkan. Hal ini mengharuskan Linux menerapkan sistem proteksi terhadap elemen-elemen operasinya. Elemen-elemen itu, antara lain: sistem-sistem berkas, proses, peralatan input/output , dan komunikasi. Tanpa proteksi, kesalahan suatu proses dapat merusak hasil kerja proses lain. Dalam konteks multiuser , seorang user dapat mengganggu proses, maupun hasil kerja user lain.
Tanpa memahami sistem proteksi (sering disebut security ), pengguna Linux awam akan menjumpai hal yang tidak biasa, seperti: harus melalui proses login sebelum bisa menggunakan sistem, tidak bisa melakukan copy file ke sembarang direktori, dan tidak bisa menghapus berkas-berkas tertentu, yang dianggap tidak penting dan sebagainya. Namun, konsep security memang harus diterapkan. Linux akan membimbing kita untuk berlaku tertib dalam mengikuti prosedur pengamanan data.
Haruskah Menggunakan Linux
Pertanyaan yang tak bisa dijawab begitu saja dengan ya atau tidak. Diskusi tentang hal ini di beberapa kalangan cukup panjang, berliku, dan tak selalu sampai pada sebuah kepastian jawaban. Dan sekarang, saya mengulang lagi pertanyaan yang sama. Mari kita ingat-ingat kembali berita tentang Sistem Operasi ini. Beberapa negara sudah mendeklarasikan akan menggunakan Linux untuk pemerintahannya. Sejumlah kota juga ada yang mengambil keputusan serupa. Sekolah-sekolah tak ketinggalan mengumumkan bahwa mereka sudah migrasi ke Linux. Dan sekian perusahaan melakukannya dengan diam-diam.
Apa alasan menggunakan Linux? Terutama dalam penggunaan umum sehari-hari, di rumah, kantor, dan sekolah. Isu utama bisa jadi adalah masalah ke-legal-an software ini. Dan ini berkait erat dengan kasus pembajakan terhadap software lainnya. Faktor berikutnya mungkin karena statusnya yang Open Source. Ini berhadapan dengan software lain yang tidak Open Source. Terus bisa juga faktor lain, seperti keamanan, kecepatan, kestabilan, atau apa lagi?
Mari melihat kasus pertama, yaitu legal. Jika menggunakan Ms Windows, atau software lain yang tidak gratis, berarti kita perlu membeli lisensi untuk software bersangkutan. Jika kita menggunakannya tanpa lisensi yang sah (secara hukum), tentu saja tindakan tersebut melanggar hukum. Namun, jika software tersebut dibeli dengan benar dan menggunakannya sesuai lisensi yang sah, maka tidak ada masalah apapun. Ternyata, banyak juga orang yang sebelumnya tidak paham, ketika diberi tahu harga software yang digunakan dalam komputernya menganga tak percaya! Misalnya begini. Dalam komputer terpasang Ms Windows XP, Ms Office XP, Adobe Photoshop CS, Macromedia Suite, AutoCAD, Norton Antivirus. Coba buka situs yang menjual software resmi dan carilah harganya.
Lalu ada masalah. Dari berita-berita juga, Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat banyak menggunakan software bajakan. Untuk tidak lagi memakai produk bajakan ini, agar taat hukum, tentu harus menggunakan software yang legal. Artinya harus membeli software dengan benar. Dan inilah masalah itu. Tak banyak yang mau/mampu membeli software dengan lisensi yang benar. Yang saya garis bawahi itu hanyalah kira-kira saya saja.
Apabila memang tak bisa membeli software secara benar, sekarang ada pilihan yang murah. Gunakan saja Linux, demikian kira-kira jawaban yang bisa timbul. Memang benar. Linux dengan sejumlah distro yang ada tersedia secara gratis. Mungkin yang diperlukan adalah pembelian dalam bentuk CD, atau biaya download dari internet. Sebagian besar distro Linux memang bisa digunakan secara bebas. Tak ada biaya lisensi. Dan tentu saja akhirnya ini adalah software yang sah digunakan. Tak ada lagi pelanggaran hukum dalam hal lisensi. Yang kedua tentang Open Source. Sebagian besar software yang berada dalam distro Linux adalah software Open Source. Artinya kita bisa melihat kode sumber program yang digunakan tersebut. Berbeda dengan software yang tidak Open Source, kita hanya diizinkan menggunakan software, dan tidak bisa melihat kode sumber program. Apakah ini adalah hal yang penting untuk Anda? Jawabannya saya tak tahu.
Untuk sejumlah instansi, atau sebagian orang, mungkin dengan bisa melihat kode sumber merupakan hal yang penting. Misalnya saja, apakah program yang digunakan tidak berisi kode yang merugikan. Atau bahkan diperlukan untuk modifikasi agar makin sesuai dengan kebutuhan. Bisa juga untuk bahan dalam mempelajari pembuatan software. Program yang tak Open Source tidak mengizinkan untuk melihat kode sumber ini.
Ketika melakukan promosi untuk menggunakan Linux, diceritakan apa itu Linux. Untuk yang awam bisa secara garis besar. Gratis dan Open Source bisa jadi dua hal utama yang bisa disebutkan. Kemudian penggunaan Linux yang juga memiliki tampilan grafis yang baik perlu juga diceritakan. Lalu masalah kemudahan pemakaian? Ini tampaknya perlu berhati-hati. Faktor ini sangat subjektif, dan bisa menjebak. Tentang keamanan, kestabilan, kecepatan, juga jangan digampangkan. Biaya? Tentu saja bisa melibatkan perhitungan tak sederhana. Perusahaan biasanya bicara dengan idiom TCO (Total Cost of Ownership), jadi bisa menjadi ruwet.

Selasa, 03 Februari 2009

Sejarah Persib Bandung


Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetball Bond ( BIVB ) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot. Atot ini pulalah yang tercatat sebagai Komisaris daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega didepan tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan diluar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara Jakarta.BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung ( PSIB ) dan National Voetball Bond ( NVB ). Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub- klub yang bergabung kedalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana,Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi. Di Bandung pun saat itu pun sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang- orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken ( VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah- olah Persib merupakan perkumpulan “ kelas dua “. VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan- pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib dilakukan dipinggiran Bandung—ketika itu—seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang didalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan dipusat kota, UNI dan SIDOLIG. Persib memenangkan “ perang dingin “ dan menjadi perkumpulan sepakbola satu- satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya.Klub- klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti UNU dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG ( kini Stadion Persib ), dan Lapangan SPARTA ( kini Stadion Siliwangi ). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung. Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Kegiatan persepakbolaan yang dinaungi organisasi lam dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga diseluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai. Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun. Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar diberbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit- prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta. Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda ( NICA ) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi. Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, decade 1950- an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953- 1957 itulah Persib mengakhiri masa pindah- pindah secretariat. Walikota Bandung saat itu R. Enoch, membangunkan Sekretariat Persib di Cilentah. Awal Persib memiliki gedung yang kini berada di Jalan Gurame, adalah upaya R. Soendoro, seorang overste replubiken yang baru keluar dari LP Kebonwaru pada tahun 1949. Pada waktu itu, melalui kepengurusan yang dipimpinnya, Soendoro menghadap kepada R. Enoch yang kebetulan kawan baiknya. Dari hasil pembicaraan, Walikota mendukung dan memberikan sebidang tanah di Jalan Gurame sekarang ini.Pada saat itu, karena kondisi keuangan yang memprihatinkan, Persib tidak memiliki dana untuk membangun gedung, Soendoro kembali menemui Walikota dan menyatakan, “ Taneuh puguh deui, tapi rapat ditiungan ku langit biru,” kata Soendoro. Akhirnya Enoch juga membantu membangun gedung yang kemudian mengalami dua kali renovasi. Kiprah Soendoro sendiri didunia sepak bola diteruskan putranya, antara lain, Soenarto, Soenaryono, Soenarhadi, Risnandar, dan Giantoro serta cucunya Hari Susanto.Dalam menjalankan roda organisasi beberapa nama yang juga berperan dalam berputarnya roda organisasi Persib adalah Mang Andun dan Mang Andi. Kedua kakak beradik ini adalah orang lapangan Persib. Tugas keduanya, sekarang ini dilanjutkan oleh putra dan menantunya, Endang dan Ayi sejak 90-an. Selain juga staf administrasi Turahman. Renovasi pertama dilakukan pada kepemimpinan Kol. CPM Adella ( 1953- 1963 ). Kini sekretariat Persib di Jalan Gurame itu sudah cukup representatif, apalagi setelah Ketua Umum H. Wahyu Hamijaya ( 1994- 1998 ) merenovasi gedung tersebut sehingga menjadi kantor yang memadai untuk mewadahi berbagai kegiatan kesekretariatan Persib.Kemampuan Persib menjaga nilai- nilai dan tradisinya serta menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tentu tidak lepas dari figur Ketua Umum bukan hanya figur yang berkemampuan mengelola organisasi dalam artian agar organisasi itu terus hidup, melainkan juga figur yang mampu menggali potensi dan mengakomodasikan kekuatan yang ada, sehingga kiprah Persib dalam kancah sepakbola nasional terus berlangsung lewat berbagai karya Persib.

Bandung dan Sejarahnya

Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri. Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi, dengan Bupati pertama tumenggung Wiraangunangun. Beliau memerintah Kabupaten Bandung hingga tahun 1681. Semula Ibukota Kabupaten Bandung terletak di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot) kira-kira 11 kilometer ke arah Selatan dari pusat kota Bandung sekarang. Ketika kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati ke-6, yakni R.A Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijuluki "Dalem Kaum I", kekuasaan di Nusantara beralih dari Kompeni ke Pemerintahan Hindia Belanda, dengan gubernur jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811). Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di ujung barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa timur (kira-kira 1000 km). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing. groote postwegDi daerah Bandung khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada. Di daerah Bandung sekarang, jalan raya itu adalah Jalan Jenderal Sudirman - Jalan Asia Afrika - Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya. Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan Andawadak (Tanjungsari), mendekati Jalan Raya Pos. Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, bupati Bandung sudahdaendles merencanakan untuk memindahkan ibukota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat kota Bandung sekarang). Alasan pemindahan ibukota itu antara lain, Krapyak tidak strategis sebagai ibukota pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan. Sekitar akhir tahun 1808 awal tahun 1809, bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekati lahan bakal ibukota baru. Mula-mula bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampung Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang). Tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Wiratakusumah-IIAkan tetapi, kota itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu langsung dipimpin oleh bupati. Dengan kata lain, Bupati R. A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (the founding father) kota Bandung. Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.